Halaman

Konsekuensi Medis Perang Nuklir

0   komentar



Konsekuensi Medis Perang Nuklir

Hallo,
Ini adalah tulisan mengenai Konsekuensi Medis Perang Nuklir yang ditulis oleh sebuah Profesor yang bertempat tinggal di Inggris. Saya membaca tulisan ini di sebuah majalah dan akhirnya lebih baik saya menuliskannya di blog. Semoga bermanfaat :)

Penulis: Profesor Amtul Razzaq Carmichael – Inggris

Albert Einstein
Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan berperang, tetapi Perang Dunia IV akan berperang dengan menggunakan tongkat dan batu.”

Kata-kata kuat ini diyakini telah dikatakan oleh salah seorang ilmuwan paling terkenal dari zaman kita, yaitu Albert Einstein.

Sebelumnya dunia belum pernah melihat begitu banyak alat pemusnah massal, dengan potensi kehancuran yang sangat besar, sebagai [alat] penyelesaian [masalah] bagi banyak bangsa dan negara. Namun sekarang diperkirakan negara-negara di dunia memmiliki 11.000 senjata nuklir yang siap digunakan pada hari ini. Akronim “C B R N E” adalah singkatan yang menunjukan bahwa dunia sekarang ini telah memiliki kekuatan untuk menghancurkan, akronim “C B R N E” meliputi Chemical (kimia), Biological (biologi), Radiological (radiologi), Nuclear (nuklir), Explosive weapon (senjata peledak). Senjata yang memiliki daya penghancur massal berteknologi maju ini, ditambah kurangnya rasa empati kepada sesama manusia dan adanya keinginan yang besar untuk mengejar salah satu agenda yang dipilih dengan biaya apapun, akan membuat kehancuran umat manusia melalui Perang Dunia III dan kemungkinan lainnya yang tidak diinginkan.
Kerusakan yang disebabkan oleh senjata nuklir bagi umat manusia sebagian besar telah dipelajari oleh para ilmuwan, dengan mengambil contoh dari tragedi Hiroshima, Nagasaki, Chernobyl, dan krisis nuklir Fukushima. Kehancuran yang disebabkan oleh dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki telah banyak diketahui. Dalam peristiwa serangan nuklir, kekuatan ledakan telah menyebabkan gelombang getaran yang merusak, meruntuhkan bangunan-bangunan dan menyebabkan kematian di sekelilingnya, hal ini diikuti pula dengan reaksi panas yang hebat. Kobaran badai api menyebar ke daerah yang lebih luas dan kemudian hujan puing-puing dan debu nuklir terjadi, yang menyebabkan kehancuran seluas ribuan mil dan terus berdampak selama beberapa puluh tahun setelahnya.
Kondisi Kota Nagasaki, jepang setelah dibom Atom oleh Amerika Serikat pada tanggal 9 Agustus 1945.
 Dua bom nuklir yang digunakan pada tahun 1945 menewaskan sekitar 200.000 orang, dan itu berasal dari nuklir dengan muatan sangat sederhana (15-20 kiloton). [Bandingkan dengan] kerusakan yang bisa dihasilkan oleh perang nuklir modern yang menggunakan nuklir bermuatan 300-500 kiloton yang kekuatannya memang tak terduga. Potensi kerusakan yang dapat disebabkan oleh senjata-senjata yang mematikan telah diperkirakan dalam publikasi ilmiah baru-baru ini. Serangan udara dengan beberapa senjata nuklir 500 kiloton ke kota rata-rata akan menghasilkan 1,5 juta kematian, 140.000 korban dengan luka bakar tingkat tiga dan 24.000 denga luka bakar tingkat dua sebagai efek lanjuatannya. Selain itu, dampak nuklir dari peristiwa tersebut akan berlangsung selama puluhan tahun.
ilustrasi ledakan bom nuklir (http://murrayashmole.wordpress.com)
Radiasi nuklir akan merusak DNA, sebuah bangunan pelindung kehidupan umat manusia, menyebabkan kerusakan jangka pendek dan panjang untuk setiap jaringan tubuh. Sebuah paparan radiasi sinar 1 Gray (  Gy  ), menyebabkan kerusakan sel-sel tubuh yang sangat sensitif terhadap efek radiasi seperti kulit, sumsum tulang (yang membuat sel-sel darah) dan saluran pencernaan. Paparan radiasi Beta menyebabkan kerusakan pada kulit; dan radiasi Gamma menyebabkan kerusakan pada jaringan yang lebih dalam. Sebuah paparan radiasi sinar 2 Gray menyebabkan penipisan sumsum tulang, sehingga mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Dalam keadaan mengalami luka bakar dan luka terbuka, kurangnya kekebalan tubuh dapat menyebabkan sepsis (Tubuh terracuni darah) yang luar biasa, sehingga akan mempercepat kematian.
Setelah tragedi bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki, Life Span Study mengamati sebanyak 93.741 korban bom atom yang bertahan selama 60 tahun. Penelitian ini menegaskan bahwa “radiasi secara signifikan meningkatkan risiko kematian (22% pada 1 Gy), memicu munculnya kanker (47% pada 1 Gy), serta kejadian beberapa non penyakit kanker (misalnya nodul tiroid, penyakit hati kronis dan sirosis, miom uterus, dan hipertensi). Efek yang signifikan pada saat mencapai usia dewasa (misalnya penyusutan pertumbuhan dan menopause dini) juga diamati. Namun, tidak ditemukan bukti yang menunjukka bahwa paparan radiasi atom dapat menyebabkan penyakit keturunan.
Penelitian bencana nuklir mengungkapkan bahwa kerusakan tubuh akibat radiasi tidak terbatas pada hasil langsung paparan radiasi. Namun, kerusakan akibat radiasi terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama karenan kontaminasi.
Kontaminasi ini bisa terjadi secara eksternal, seperti kontaminan menetap pada kulit; atau internal dengan menelan, inhalasi dan penyerapan radiasi oleh luka terbuka; dan radioaktivitas memasuki rantai makanan melalui air laut kemudian zat radioaktifnya mencermari ikan. Selain itu, bencana nuklir dapat menyebabnkan penipisan lapisan ozon, yang memungkinkan lebih  banyak radiasi ultraviolet mencapai Bumi, yang mengakibatkan menngkatnya risiko terkena.
Puing-puing dan debu dari perang nuklir, jelaga dan asap dari badai api menghasilkan begitu banyak asap yang akan menurunkan suhu secara drastis yang membawa pada kondisi suhu seperti pada zaman Little Ice Age (14 hingga 19 abad), memperpendek musim tanam di seluruh dunia dan mengancam persediaan makanan dunia.
Dalam sebuah studi pemodelan dampak global perang nuklir, ditemukan bahwa penggunaan persenjataan nuklir di India dan Pakistan, yang letaknya ribuan mil dari Amerika Serikat, akan memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil panen tanaman pertanian(jagung, kedelai, dan gandum musim dingin) di Amerika Serikat.
Dalam beberapa tahun terakhir para ilmuwan telah mampu meramalkan dengan tingkat keyakinan yang bisa dipertanggungjawabkan bahwa kehancuran itu telah direncanakan, dirancang dan dapat ditimbulkan oleh manusia untuk ras mereka sendiri. Bukti ilmiah mendukung bahwa perang nuklir berpotensi dpat menghancurkan kehidupan seperti yang kita kenal di bumi dalam waktu singkat. Pengaruh yang sangat buruk akan terlihat pada iklim dan bentuk-bentuk kehidupan yang bertahan dari bencana nuklir selama beberapa dekade setelah itu. Paska kehancuran tersebut tidak dapat tahun sesudahnya. Percis seperti yang dikatakan Einstein: “dengan tongkat dan batu.”

Daftar Pustaka:
Charmichael, Amtul Razzaq. 2014. "Konsekuensi Medis Perang Nuklir". Sinar Islam Volume I Edisi 2.