Halaman

Halaman

Minggu, 27 September 2015

Sepenggal Perasaan yang Salah

Hallo,
Apa kabar pembaca semua?
Salam sejahtera untuk kita semua.

Pembaca yang budiman (cieeee budiman niyee), hari ini saya memposting sebuah tulisan hasil imajinasi saya. Tokoh utamanya adalah tokoh aku, walaupun tokoh utamanya aku bukan berarti  kisah/ cerita Sepenggal Perasaan yang Salah itu tentang aku ya.hehe.... saya hanya berimajinasi tentang apa yang sedang melintas di pikiran saya, mumpung lagi mood buat ngetik, ya akhirnya langsung aja saya ketik di sini. Pembaca yang budiman (cieee budiman lagi cieeee), saya bukan seorang penulis, jadi saya tau banget kalo tulisan ini benar-benar jauh dari yang namanya sebuah “tulisan”. Jadi mohon kritik dan sarannya ya.

Sebelumnya terimakasih sudah mampir, selamat membaca :D

Sepenggal Perasaan yang Salah

Aku sudah besar sekarang, aku sudah bisa menyukai seseorang. Ya, usiaku sudah tak lagi usia anak-anak abg. Sekarang aku sudah bekerja, aku sudah bisa mencari uang sendiri. Mendapatkan pekerjaan baru, di tempat baru dan bertemu orang-orang baru. Aku menikmatinya, belajar bagaimana bersosialisasi dengan baik dengan orang-orang yang aku temui. Ya, ternyata bermacam-macam tipe orang yang aku temui, maklum saja dulu aku hanya anak rumahan yang setiap hari di rumah dan tak tahu tentang dunia luar. Ada orang yang baik, ada juga orang yang tidak baik, tinggal bagaimana cara kita menyikapi sifat-sifat orang-orang itu.
Usiaku tak lagi usia anak-anak abg. Usiaku sudah cukup matang untuk mengaruhi bahtera rumah tangga. Tapi sampai sekarang aku belum menemukan orang yang benar-benar ada untuk ku. Di tempat ini aku bekerja, jauh dari orang tua dan adik-adikku. Aku menikmatinya walaupun terkadang aku rindu pada orang-orang rumah.
Berawal dari sebuah hari, di sebuah kegiatan pendidikan dan latihan ditemani udara yang sejuk aku mengenal seseorang. Aku tahu, aku susah sekali untuk menyukai seseorang, kriteriaku terlalu banyak sehingga mungkin aku sulit untuk menyukai seseorang. Awalnya memang biasa saja, tetapi dia terlihat menarik, entah apa yang ada pada dirinya sehingga aku tertarik dengannya. Tiga hari, kegiatan diklat itu hanya tiga hari, tiga hari itupun kita bertemu dan saling menyapa.
Tiga hari itu berlanjut menjadi berhari-hari lewat sebuah aplikasi BBM. Ya, kita saling bertegur sapa di sana, dan lama-lama kita saling mengenal, bercanda, yang akhirnya kita sepakat untuk bertemu kembali. Antara gunung Sindoro dan gunung sumbing, sebelumnya aku belum pernah sama sekali menapaki kaki ke sana. Dia yang mengajakku ke sana. Perasaan apa ini? Aku merasakan sebuah perasaan yang aneh, sepertinya aku memang benar-benar menyukainya. Dia sempurna, yaa benar sekali dia benar-benar sempurna di mataku. Kita berempat, menelusuri jalan menuju Wonosobo, pergi ke sebuah tempat wisata. Hati ini mulai bertanya, adakah dia masih sendiri? Ataukah sebenarnya sudah memiliki pasangan? Kalau mempunyai pasangan, mengapa dia mengajakku ke sini?. Akhirnya aku menyimpulkan sepihak kalau dia belum memiliki kekasih.
Bahagia, begitulah jika orang sedang jatuh cinta. Sebuah perasaan yang tidak bisa digambarkan oleh apapun. Aku merasakan perasaan yang begitu indah di dalam raga ini, membayangkan dirinya saat di dekatku. Ternyata memang aku sedang jatuh cinta, jatuh cinta pada orang baru yang aku kenal saat pendidikan dan latihan itu. Sayangnya bahagiaku tidak dapat bertahan lama, tiba-tiba dia menghilang dari hadapku. Dia tidak lagi bertegur sapa lewat BBM, dan sikapnya terlalu dingin. Entahlah, aku juga tidak pernah mengerti apa yang ada di pikirnya. Aku selalu bertanya-tanya pada diriku, adakah yang salah padaku?. Baru saja merasakan jatuh cinta, langsung merasakan patah hati. Kalau kata anak-anak jaman sekarang perasaan yang bisa aku gambarkan adalah aku benar-benar galau. Entah aku harus cerita pada siapa. Aku pikir aku akan bertemu jodohku yang sekian lama aku nantikan, yang aku nantikan untuk bersanding denganku dan setiap hari mengisi hariku yang kosong.
Beberapa bulanpun berlalu, perlahan aku mencoba untuk dapat bangkit dari rasa patah hati itu. Sangatlah sulit menurutku, sebab aku di sini sendiri, aku tak punya siapapun untuk aku ajak cerita. Apalagi setelah mendengar sekarang dia dekat dengan temanku, bagaimana perasaan ini tidak berkecamuk? Aku mencoba untuk biasa saja, berusaha sangat biasa mendengar itu. Apa yang sedang terjadi? Permainan apa ini? Aku tidak dapat menerimanya, aku tak ingin mendengarnya. Tuhan, apakah aku memiliki perasaan yang salah?.
Aku memiliki kesibukan dengan murid-muridku, aku menikmati itu setiap hari. Ya, bersama merekalah aku merasa hariku selalu terisi dengan gembira. Melihat anak-anak yang lugu nan riang, mereka sangat perhatian sekali padaku, akupun selalu memberi perhatianku pada mereka. Merekalah yang membantuku melupakannya. Aku selalu berusaha melupakan dan melupakan, aku bukanlah tipe orang yang mudah melupakan. Dengan berbagai kesibukan aku harus bisa melupakan dia.
Kesimpulan awalku terhadapnya ternyata salah, aku menemukan sebuah kebenaran. Dia, ternyata memiliki seorang kekasih. Kekasihnya sendirilah yang datang padaku. What? Aku seperti orang yang tiba-tiba satu detik aliran darahnya berhenti, aku hampir tak percaya. Ya, aku harus mengikhlaskan perasaan ini. Dan anehnya, saat aku tahu ternyata dia memiliki kekasih perasaanku menjadi lega dan biasa saja. Tidak ada perasaan berkecamuk seperti sebelumnya. Aku sudah mengerti dan memahami tentang ini.

Tiba-tiba dia bertegur sapa lagi denganku. Mengikhlaskan, itulah yang aku katakan, tetapi hati ini belum bisa mengikhlaskan sepenuhnya, aku masih menyimpan perasaan padanya. Ohh Tuhan, kenapa sulit sekali untuk bisa melepaskan bayangnya di hatiku. Kita sepakat untuk bertemu kembali, di sebuah tempat dia menjemputku dan membawaku. Kita duduk berdua sembari bercanda, tiba-tiba dia mengambil gitar dari kamarnya lalu menyelaraskan nada pada dawai senarnya sampai terdengar merdu. Ia menyodorkan gitarnya padaku, dia tahu aku bisa memainkan gitar, tapi di hadapnya aku tidak dapat memainkan gitar itu. Suasana canda kembali mengisi ruangan yang berisi dua insan itu, dia ambil gitarnya kembali lalu memainkan gitarnya sambil bernyanyi, kita bernyanyi bersama-sama. Ahh benar-bernar terlihat romantis, apalagi suaranya saat menyanyi benar-benar merdu menambah perasaan harap kembali muncul. Kalau kata anak jaman sekarang, suaranya kalau lagi nyanyi bisa bikin meltedhati ini. Lagi-lagi perasaan yang aneh itu muncul, ya harapan itu kembali muncul. Dan aku sadari, ini adalah perasaan yang salah.

~Tamtam Chan~

Sabtu, 26 September 2015

Perasaan yang salah

Aku berharap kau bunga tidurku
Jawaban atas istikharoh ku
Adakah yang salah?
Kenapa kau tak kunjung meminangku?
Berhadapan kepada ayahku>\